DIRIMU ATAU DIRINYA
Karya : Nuri Retnoasih
Pagi yang indah, mentari terbangun
dan membuka mata indahnya menyinari seluruh alam. Membuka hari baru mengawali
segala sensasi dalam kehidupanku … !!!
Seperti biasa, setiap pagi aku harus
bersiap-siap mandi untuk berangkat sekolah. Kebetulan ini adalah hari Senin …
hari pertama aku berangkat sekolah lagi setelah libur hari Minggu kemarin. Aku
harus berangkat lebih awal, karena ada upacara bendera yang rutin dilaksanakan
setiap hari Senin.
Entah mengapa
tidak biasanya aku
malah bangun kesiangan sehingga aku gugup dan cepat-cepat ke kamar mandi walau
akhirnya ga sempat mandi juga. Setelah semua selesai, aku lalu pamit sama orang
tua dan langsung berangkat. Karena rumah aku memang di desa jadi aku harus
jalan kaki terlebih dahulu agar sampai di jalan raya. Tanpa berpikir panjang
aku lari secepat mungkin … kebetulan banget nih, baru sampai di pinggir jalan
ada sosok laki-laki yang sepertinya ga asing lagi wajahnya menawarkan tumpangan
ke aku. Dia adalah Tito teman sekelasku, aku langsung mau ikut berangkat dengan
dia.
Setibanya di sekolah ternyata aku
dan Tito udah telat, kami ga diijinkan masuk sama Pak Satpam. kami berfikir
mencari ide bagaimana cara agar dibolehin masuk, akhirnya kami memutuskan
merayu Pak Satpam dan kami pun akhirnya boleh masuk. Emang sih aku sama Tito
tetep aja dihukum berdiri di lapangan bahkan sampai pelajaran selesai.
“(Kalau tau begini, mending tadi langsung
pulang aja kali ya …???)”, berbisik dalam hariku.
Mencoba menghibur, Tito berkata kepadaku,
“Retno, ternyata asik juga ya bisa beduaan di lapangan gini …”.
“Asik … Apanya yang asik sih, dah jelas dihukum
kayak gini, tuh ada ga ada asiknya .. ! Yang ada panas, capek tau … !!!!” jawabku sambil
kuusap keringat yang mengalir di kening ini.
Hari semakin siang, matahari terasa
berada di atas ubun-ubunku, kakiku gemetar, kepalaku pusing, dan semua yang
terlihat seakan berputar-putar, suara Tito yang asih nyrocos lama-kelamaan
lirih hingga tak terdengar sedikitpun oleh telingaku. Gubrakk … !!!
Aku tak sadarkan diri, tak tahu apa
lagi yang terjadi saat itu. Beberapa waktu kemudian prelahan kubuka kelopak
mata ini, ku pandang ruangan ini.
Aneh … kenapa ada seorang laki-laki
yang menggenggam erat tangan ini lalu bertanya,”Kamu sudah sadar Retno, ini aku
Tito … kamu ga papa kan ?”
Aku semakin bingung dan berbalik
tanya sama dia,”Emang aku kenapa sih, kok tiba-tiba ada di sini, bukannya ini
UKS ?”
Sambil mendekat, Tito
menjawab,”Barusan kamu pingsan di lapangan …”
“Pingsan … !!!” jawabku terkejut.
Aku terkejut sambil bergegas bangun
dan duduk dari baringanku. Tanpa sadar Tito masih tetap menggenggam
tangan ini yang membuat aku tersenyum, berbisik dalam hati, “(Kenapa yah Tito
masih tetap pegang tangan aku, jangan-jangan …)”
Masik asik bengong, bertanya-tanya
dalam hati tiba-tiba Tito semakin mendekat, bahkan semakin erat ia menggenggam
kedua tangan ini lalu berkata,”Aku sayang bangett sama kamu … dari pertama
bertemu aku udah ngrasa ada yang beda dari pancaran wajah manismu. Kamu mau ga
jadi pacar aku ?”
Sambil melepas genggaman tangannya
aku lari keluar, tapi Tito berhasil mengejar lalu menarik tanganku dan
berkata,”I LOVE YOU”.
Semua teman-teman yang ada di situ
sontak terkejut, bahkan bersorak, berkata agar aku menerima ungkapan dari Tito.
Mereka mungkin ga tau kalau aku udah punya cowo, itu karena aku ga pernah
cerita dan cowokku juga ga sekolah di sini. Tapi aku juga suka sama Tito,
begitu pula dengan pacarku yang lebih dulu hadir menghiasi hidupku. Akhirnya
dengan tersipu malu aku menjawab,”I LOVE YOU TO”.
Aku dan Tito resmi jadian, dengan
pergi ke WC aku bertanya-tanya pada diri sendiri sambil menatap kembaranku di
kaca.
“Apakah ini kenyataan atau hanya
mimpi …?”
Tet … tet … !!! Bel berakhirnya
pelajaran tak terasa telah usai. Aku bergegas pulang bareng Tito. Setelah
beberapa menit aku sampai ke rumah, tapi aku benar-benar terkejut karena di
depan rumahku ada seseorang yang langsung menatapku tajam … ternyata dia
pacarku yang lain. Sebelum kenal Tito aku sudah terlebih dulu kenal Hari dan
menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Aku merasa sangat bingung
dengan keadaan saat ini, tanpa buang-buang waktu lalu aku suruh Tito pulang
sambil berbisik,”Dia kakaku …!!”
Tak lama kemudian Tito pergi, dan
aku berpikir apa yang harsu aku katakan pada Hari setelah dia melihatku sama
cowo lain. Belum aku berbicara sepatah katapun, Hari
mendekatiku sambil bertanya.
“Enak ya, pulang ada yang anterin, apalagi sama cowo cakep … yang
pasti itu bukan aku … !!”
Dengan terbata-bata aku berusaha menenangkan hatinya yang sudah
mulai marah menyala.
“Ka … kamu ngomong apa sih yang, mana ada cowo lain … tentunya cuma
kamulah di hatiku … itu kan Cuma teman sekelas yang kebetulan pulang satu arah,
jadi aku nebeng”.
Aku ajak dia ke rumah, memberinya suguhan secangkir teh
manis dan roti kering alakadarnya. Sedang asik ngobrol terdengar deringan ponsel
dari sakuk ku. Ada SMS dari Tito yang isinya “(Dah makan lum yank …?)”
Aku bingung harus bales apa, soalnya Hari pelototin terus sih … jadi
aku bales singkat aja cukup “dah”. Beberapa saat setelah itu Hari pamit pulang,
seperti biasa dengan mengecup keningku
dulu penuh kasih sayang.
“Aku pulang dulu ya Yang. Tapi untuk satu minggu ini aku ga bisa
ketemuan dulu ya, soalnya aku harus pulang sore terus karena ada les di
sekolahku”.
Sambil tersenyum aku menganggukkan kepala.
Satu minggu berlalu, hari Minggu tiba … Seperti biasa aku dan kedua
orang tuaku mambagi tugas untuk membersihkan rumah sebelum mereka berangkat
kerja. Setelah semua selesai, kedua orang tuaku yang sudah berangkat kerja
masing-masing, aku baru mandi lalu sarapan. Lagi enak sarapan sambil nonton
tivi, ada telfon dari Hari. Dia bilang mau main ke rumah. Karena aku ga ngrasa
ada janji sama yang lain jadi aku bolehin dia main ke sini. Tanpa aku sadar
ternyata dia udah ada di depan rumah
menunggu aku membuka pintu untuknya. Segera ku buka pintu rumah dan
mempersilahkannya untuk masuk. Tanpa ragu Hari langsung menuju ke ruang tengah
untuk nonton tivi, aku Cuma tersenyum sama sekali gak heran karena dia emang
dia udah sering banget main ke sini. Tak sadar aku terlelap tidur di
pangkuannya, tapi tiba-tiba aku terbangun terkejut sambil melotot, aku pikir
ada gempa yang membuat badanku tergoyang-goyang !! Ternyata Hari yang membangunkanku,
saking sebelnya aku berkata,”Kenapa sing Yang, ga bisa pelan-pelan apa
baguninnya … ???”
Bukannya minta maaf, Hari malah mendorong dan membentak …
“Siapa dia … selingkuhamu ??”
Tiba-tiba Tito muncul di hadapanku, dia juga terlihat sangat marah
setelah tau kalau Hari juga pacarku. Mungkin Hari yang udah memberitahunya saat
aku masih tertidur … ? Aku bingung, apa
yang harus aku lakuin sekarang, aku cima bisa nangis sambil minta maaf sama
Hari dan Tito. Aku tahu apa yang aku lakuin emang salah, tapi aku bingung
karena mereka sama-sama baik dan nrima aku apa adanya. Aku ga tahu harus pilih
yang mana, dirimu atau dirinya …. ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar