KEPOMPONG
By Indri Oka Rizqi P.
Embun pagi membasahi
perkotaan yang ramai dan indah dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi di
sana-sini. Itu pertanda pagi datang membuka hari-hari yang kemarin kusam
menjadi hari yang bersih kembali.
Pagi itu menyapa sekolah yang elit dan megah
di kota tersebut. Sekolah itu adalah SMA 50. SMA 50 sangatlah terkenal dan
dikagumi oleh orang-orang, karena SMA 50 adalah sekolah kumpulan orang-orang berduit.
Sekolah ini juga terdapat Geng yang sangat dikagumi oleh anak-anak SMA 50. Soalnya geng ini adalah kumpulan
anak-anak yang keren dan berduit. Cewe-cewe di SMA 50 banyak yang tergila-gila
dengan geng itu, tetapi sayangnya anak geng itu tidak ada yang berminat dengan
rayuan-rayuan cewe-cewe SMA 50. Mereka menganggapnya biasa-biasa saja. Geng ini
bernama BOGAS yang terdiri dari Beni, Onci, Gilang, Adrian dan Sifa. Geng ini
kelas 3 IPA.
Suatu pagi di kelas 3
IPA sangat ribut dengan canda tawa anak-anak kelas 3 IPA yaitu tepatnya kelas
Geng BOGAS. Bel masuk berbunyi, Bu Sinta masuk kelas sambil membawa murid baru.
Bu Sinta memberikan kesempatan murid baru itu untuk memperkenalkan diri. Murid
baru itu bernama Tata. Tata ini pindahan dari Medan. Setelah selesai memperkenalkan
diri, Bu Sinta mempersilahkan Tata duduk di samping Dina. Mereka saling
berkenalan dan pelajaran dimulai. Setelah beberapa jam pelajaran, bel istirahat
berbunyi. Dina mengajak Tata untuk pergi ke perpustakaan.
“Ta, kita ke perpus yuk
?” ajak Dina.
“Ya, ayo Din”, jawab
Tata.
Pada saat Dina dan Tata
akan keluar kelas, di depan pintu Geng BOGAS sudah menunggu mereka berdua.
“Kalian mau ngapain,
minggir-minggir”, tanya Dina.
“Ih sewot banget sih lo
Din ?” jawab Onci dan Sifa.
“Hai Din, jangan sewot
deh. Kita tuh engga butuh lu tapi butuh yang di samping lu. Coz bos gue mau
kenalan”, jawab Beni dan Adria.
“Emang kalian engga
denger apa, tadi tuh dan kenalin diri tau di depan kelas, namanya Tata. Puas …”
(Dina sambil menabrak Beni).
Akhirnya Dina dan Tata
keluar kelas dan langsung menuju ke perpustakaan. Di perpustakaan Dina dan Tata
membaca buku tentang Biologi. Setelah beberapa menit membaca, bel masuk
berbunyi. Dina dan Tata berlari-lari untuk masuk kelas. Pelajaran Matematika
dimulai, Bu Rima memberikan tugas kelompok dan kelompoknya memilih
sendiri-sendiri.
“Ta, kenalin aku Gilang.
Kamu mau engga bareng aku ?”
(sambil mendekat).
“Em … maaf ya, aku udah
sama Dina, engga marah kan ?” (sambil tersenyum).
“Oh … enggak koh .. “
jawab Gilang.
Sebenarnya didalam hati
Gilang marah banget dengan jawaban Tata tadi, tapi Gilang tetap sabar karena
sebenarnya Gilang suka sama Tata saat pertama melihatnya. Tiba bel pulang. Dina
dan Tata pulang bareng untuk mengerjakan tugas Matematika di rumah Dina.
Setelah sampai rumah, Dina dan Tata langsung mengerjakan tugas. Setelah selesai,
Dina mengambilkan minum dan makanan. Lagi enak makan dan minum, sambil
bercanda-canda tiba-tiba ada yang menelpon Tata yaitu Bokapnya. Tata disuruh
pulang karena sudah sore. Tata berpamitan pulang. Setelah sampai rumah, Tata
langsung mandi, selesai mandi Tata dipanggil Mama untuk makan malam. Mama dan Ayah
bertanya tentang Tata pertama kali masuk sekolah di SMA 50.
“Gimana Ta di sekolah
SMA 50 ?” tanya Mama.
“Anaknya asyik-asyik dan
baik-baik”, jawab Tata.
“Tapi awas yang, jangan
pacaran dulu, belajar yang pintar”, sambung Ayah.
“Iya tuh Ta, dengerin ayah
bilang”, sambung Mama.
“Iyah, Mama, Ayah”,
jawab Tata.
Selesai makan dan
berbincang-bincang, Tata pergi ke kamar untuk belajar. Setelah belajar Tata
tiduran, tiba-tiba teringat Gilang. Didalam hati bilang, kenapa dia tiba-tiba
teringat Gilang. Sedang teringat-ingat ama Gilang, hingga akhirnya Tata
ketiduran. Pagi pun tiba, Tata bangun untuk siap-siap ke sekolah. Setelah semua
siap, Tata berangkat sekolah. Sampai di sekolah, Tata sudah ditunggu Gilang di
depan pintu. Katanya mau bilang sesuatu. Tapi pada saat Gilang akan bilang
sesuatu, Dina mendekati Tata dan mengajak Tata masuk kelas. Gilang engga jadi
bilang karena ada Dina. Hingga beberapa minggu kemudian waktu Tata sedang duduk
sendirian di taman, Gilang mendekatinya untuk bilang sesuatu.
“Oh, ya Ta. Aku mau
bilang sesuatu nih”, kata Gilang.
“Mau bilang apah ?”
tanya Tata.
“Kamu mau engga, jadi
cewe aku. Kamu engga jawab sekarang juga engga papa kok. Besok di tempat ini
lagi”, kata Gilang.
Tata langsung pergi
meninggalkan Gilang karena kaget mendengar perkataan Gilang tadi. Tapi jantung
Tata berdetak kencang, Tata bingung apa ini yang dinamakan cinta. Dia bingung
akan menerima cinta Gilang atau tidak, tapi hatinya bilang ya. Tata pulang. Di
rumah Tata bingung.
Pagi harinya Gilang
menunggu Tata di taman untuk mendengar jawabnya. Dan jawaban Tata ya, Gilang
senang banget mendengarnya. hari itu mereka resmi jadian, tapi Dina tidak
mengetahui Tata udah jadian dengan Gilang. Beberapa minggu terakhir ini mereka
sangat akrab, hingga Dina curiga dengan Tata kenapa bisa akrab banget sama
Gilang. Akrab-akrabnya seperti orang pacaran.
“Ta, aku mau tanya sama
kamu. Kamu udah jadian dengan Gilang ?” tanya Dina.
“Ah .. kamun Din. Bilang
apah che, engga lah”, jawab Tata.
“Jujurlah Ta. Aku udah
tau koh keakraban kalian seperti pacaran”, kata Dina.
“Iya, iya aku jujur, aku
jadian ama Gilang. Mang kenapa ?” jawab Tata.
“Kenapa kamu engga
bilang kalo kamu jadian ma Gilang. Kamu tau engga, Gilang tuh anak engga baik.
Dia penghianat, kamu juga baru kenal beberapa bulan”, sambil membenatak.
“Din, kamu jangan fitnah
yah. Aku juga kan baru kenal kamu beberapa bulan sama kaya Gilang kan”, jawab
Tata.
“Iya, aku tau kamu baru
kenal aku beberapa bulan. Tapi kan kamu selama itu deket ma aku daripada ma
Gilang ?” jawab Dina.
Mereka bertengkar
gara-gara Dina fitnah Gilang, katanya Gilang penghianat. Beberapa minggu
kejadian itu, Tata pergi ke mall menemani mamanya berbelanja. Di kejauhan Tata
melihat Gilang dengan perempuan lain sedang bergandengan tangan dan berjalan
bareng dengan mesranya. Tata sangat kecewa banget melihat itu semua, dan Tata
sangat bersalah banget sama Dina. Karena engga mempercayainya. Sehabis dari
mall, Tata langsung ke rumah Dina dan memeluk Dina sambil menangis.
“Din, aku minta maaf
banget. Aku engga percaya sama kamu. Ternyata benar, Gilang penghianat. Tadi
aku melihat Gilang menggandeng cewe dengan mesra”, sambil menangis.
“Ya, aku dah maafin kamu
kok, sabar ya ?” jawab Dina.
Tata sekarang masih
kecewa banget, kenapa engga percaya sama Dina teman dekatnya walaupun baru
kenal beberapa bulan. Malah percaya sama Gilang yang bukan teman dekatnya. Tata
merenung kejadian yang telah menimpa padanya. Walaupun berteman baru beberapa
bulan, tapi Dina seperti sahabat bagai KEPOMPONG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar